Contoh Penelitian Tindakan Kelas
20.42.00
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
BIDANG STUDI SEJARAH
BIDANG STUDI SEJARAH
Oleh
XII IPS 6
SMA PANGUDI LUHUR
SANTO YOHANES
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
tugas sekolah yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) dengan lancar dan tanpa
hambatan yang berarti. Dalam kesempatan ini penulis tentunya tidak sendirian
melakukan penyelesaian penelitian, namun banyak pihak-pihak yang terkait yang
telah membantu, memberikan dukungan dan harapan sehingga tanpa mengurangi rasa
hormat perkenankanlah penulis menyampaikan pengharagaan yang setinggi-tingginya
kepada : Akhir kata tiada yang dapat
disampaikan penulis kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian tindakan kelas ini.
Saran dan kritik akan penulis terima sebagai acuan perbaikan di masa yang akan
datang. Terima kasih.
Ketapang, Agustus 2012
Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan
pendidikan di Indonesia menjadi prioritas utama, secara jelas di dalam UUD 1945
pada pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah
mengusahakan dan penyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan undang-undang sejarah, sejalan dengan hal tersebut GBHN 1988
dinyatakan peranan pendidikan nasional yang kaitannya dengan sejarah yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras. Selain itu
yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pendidikan nasional harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air (nasionalisme) dan mempertebal
semangat kebangsaan (patriotisme).
Dalam pencapaian tujuan
pendidikan nasional setiap 10 tahun sekali selalu dilakukan penyempurnaan atau
revisi kurikulum seperti tahun 1975, 1984, 1994, suplemen 1999, 2004 (berbasis
kompetensi) dan saat ini menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP
2006) dimana didalamnya terdapat perubahan materi dalam pembelajaran sejarah
Suatu pernyataan yang sangat
fenomenal dari Presiden Sukarno bahwa ”bangsa
yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai sejarah perjuangan bangsanya”.
Ungkapan yang begitu bijaksana apabila dikaji secara mendalam mengandung
pengertian Verstehen dan Erleben (
Kartodirjo, 1993) yaitu menyelami dalam membuka tabir kebenaran masa silam. Jastifikasi
sejarah dalam perjalanan suatu bangsa dengan sendirinya akan membentuk karakter
dan kepribadian yang sesuai dengan jiwa jaman tersebut.
1
Barangkali sejak kita berada
di bangku SD pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang membosankan, pada
masa itu kita akan bertanya, mengapa kita belajar sejarah? Mengapa kita harus
mempelajari masa lalu? Bahkan sampai pernyataan ekstrim yaitu apa gunanya kita
belajar sejarah? masa lampau yang sudah lewat tidak perlu diteliti atau dipelajari.
Perlu diuraikan
kendala-kendala umum dalam pembelajaran sejarah yaitu; (1) doktrin patent pembelajaran
sejarah sejak kita di bangku SD sampai dengan SMA tidak terlepas dari 4 W + 1 H
( why, when, where, who dan how) (2) materi masa lampau yang sangat luas meliputi
seluruh aspek kehidupan penting manusia di dunia (3) metode pembelajaran cenderung
didominasi oleh ceramah (4) ketidakseimbangan jumlah jam tatap muka dengan materi
yang ada (5) kurikulum yang selalu berubah-ubah (6) siswa kurang berminat
membaca cerita sejarah (7) tidak memadainya sumber-sumber tertulis maupun tidak
tertulis (8) sejarah adalah ilmu sosial selalu dipandang sebelah mata sebagai
mata pelajaran kelas dua setelah eksakta
Kurangnya minat siswa terhadap
pembelajaran sejarah dalam hal ini siswa SMA PL St. Yohanes salah satunya
dilatarbelakangi oleh faktor kurang kreatifnya guru, juga tidak tersedianya
sarana dan prasarana pendukung. Dari data evaluasi hasil ulangan semester dan
ujian blok semester I pada mata pelajaran sejarah standar ketuntasan adalah 70 kelas
X, kurang lebih 27.5% tidak tuntas ( Σ : 220 siswa ), kelas XI 30.5 % tidak tuntas ( Σ : 230 siswa ) kelas
XII 36.2% tuntas ( Σ : 223 siswa ) ini berdampak pada kontinuitas kualitas
belajar siswa di SMA PL St. Yohanes
Kurikulum terbaru 2006
memberikan strategi kepada pengajar
bagaimana supaya siswa lebih giat memacu dirinya lebih kreatif dan inovatif,
begitu pula pendekatan yang dilakukan dalam strategi belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa ranah kognitif, dan afektif
dapat sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Dalam pengajaran sejarah siswa
harus dapat membangun pemikiran yang kritis analisis dari interpretasi kebenaran
fakta dan data secara benar baik pada ranah kognitif, maupun afektif (
Hariyono, 1998)
2
Pada masa berlakunya kurikulum tahun 1984-an yang pada waktu itu menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nugroho Notosusanto pernah dicoba mata pelajaran baru cabang sejarah
yang lebih menekankan aspek kognitif dan afektif yaitu PSPB (Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa) namun dihapus pada suplemen kurikulum 1994. Sebagian orang
mengatakan pembelajaran sejarah cenderung hanya ingatan, dan hafalan, guru selalu mengidolakan metode ceramah sebab
bercerita lebih tepat untuk kajian masa lalu.
Pada prinsipnya guru-guru sejarah kesulitan menentukan formula (teknik,
metode, dan pendekatan) yang sesuai untuk materi tertentu.
Secara umum dimanapun
pembelajaran sejarah hanya bersumber pada buku paket untuk dibaca atau LKS
untuk dikerjakan secara naratif tanpa diberikan bukti konkrit visual berupa
gambar, foto, dan peta. Sehingga pemahaman sejarah hanya sebatas ingatan tanpa
bisa menyelami peristiwanya; sebagai contoh pada tahun 1944 Jepang melakukan
praktek romusya terhadap rakyat Indonesia, siswa hanya memahami bahwa romusya
adalah kerja paksa tetapi tidak mengetahui bentuk kerja paksa yang bagaimana?, seperti apa
paksaan itu? Pemahaman ini menjadi bias jika tidak ada visualisasi, siswa hanya
menjadi imajiner-founding
(Notosusanto, 1985).
Keadaan di atas akan membawa
dampak yang tidak menguntungkan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran
sejarah dan semestinya dicarikan pemecahan alternatif yang paling efektif dan
efisien atau solusi sebagai pelaksanaan perbaikan metode atau pendekatan
pembelajaran beserta teknik dan bentuk yang sesuai dengan kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa.
Dalam rangka peningkatan hasil
belajar sejarah dengan pendekatan pembelajaran efektif, efisien dan terpadu
disesuaikan dengan proses dan kemampuan siswa diantaranya dengan mengadopsi
model Picture to Picture dan Examples on Examples namun peneliti
mencoba untuk menampilkan model pembelajaran dengan gaya Pictures and Student Active
(PaSA) On Board Stories and Pictures Stories.
3
Dalam pendekatan pembelajaran CTL metode Pictures and Student Active diharapkan siswa dapat menkonstruk
secara kognitif, dan afektif dengan daya kreasi serta menganalisis secara
kritis terhadap visualisasi. Konsep utama dari Picture and Student Active adalah Know How to Know (mengetahui
bagaimana harus mengetahui) Dengan demikian muncul suatu pernyataan
bahwa “Siswa akan lebih mudah memahami
gambar peristiwa sejarah daripada membaca, tetapi tanpa membaca akan sulit
untuk mendeskripsikan gambar” Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
penggunaan metode Pictures and Student Active
dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif?
2. Apakah
penggunaan metode Pictures and Student Active
dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif?
3. Bagaimakah minat siswa terhadap metode Pictures and Student Active !
4. Bagaimanakah hasil belajar siswa terhadap uji
kemampuan pemahaman analitis visualisasi (gambar-gambar)
C. Tujuan
Penelitian
Dari
rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan mencari gambaran yang
sekaligus menjawab permasalahan penelitian
dengan paparan deskripsi tentang :
- Peningkatan hasil belajar ranah kognitif
- Peningkatan hasil belajar ranah afektif
- Minat siswa terhadap metode Pictures and Student Active
- Hasil belajar siswa terhadap uji kemampuan pemahaman analitis visualisasi (gambar-gambar)
4
Dari tujuan penelitan di atas, maka manfaat yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah:
D. Manfaat penelitian
1. Bagi siswa :
·
Membantu siswa mencapai kompentensi diri dalam
menuntaskan materi pembelajaran sejarah
·
Membantu siswa meningkatkan hasil belajar ranah
kognitif, afektif dalam pembelajaran sejarah
·
Membantu siswa memahami konsep, kejadian,
peristiwa, fakta, data dan interprestasi serta kebenaran sejarah lewat
gambar-gambar
·
Konstruktif dalam menelaah eksistensi masa lalu,
menghargai perjuangan dan hasil kebudayaan masa lampau lewat visualisasi.
·
Membangun keberanian mengungkapkan fakta
sejarah, kritis pada setiap peristiwa masa lampau
2. Bagi Guru :
·
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang
penelitan tindakan kelas
·
Mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan secara komprehensif dengan berbagai pendekatan dan penilaian
·
Memotivasi untuk selalu exsplorasi dalam teknik,
metode dan model pembelajaran yang kreatif serta inovatif dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa
E. Hipotesis Tindakan
Proses
dan hasil belajar sejarah akan meningkatkan ranah kognitif dan afektif peserta
didik kelas XII IPS 6 SMA PL St. Yohanes melalui pendekatan CTL dengan model
PaSA (Pictures and Student Active) pada konsep masyarakat pra sejarah Indonesia
5
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan pada kelas XII IPS 6 SMA
PL St. Yohanes yaitu konsep pembelajaran visual
dengan materi masyarakat prasejarah Indonesia.
2. Aspek yang diteliti adalah kemampuan ranah
kognitif dan afektif visualisasi gambar prasejarah, membuat kreasi cerita
bergambar serta tahap kritis analitis guna meningkatkan ranah kognitif dan
afektif dari hasil belajar berupa LKS dengan gambar, ulangan harian, post tes,
tugas individu serta kerjasama kelompok selama proses pembelajaran
3. Strategi yang dipergunakan adalah model PaSA
(Pictures and Student Active) On Board
Stories and Pictures Stories
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Pengajaran Sejarah Pada Kurikulum 1994
Sesuai dengan GBPP 1994 bahwa ruang lingkup
pengajaran sejarah untuk jenjang SMA/MA/SMK meliputi substansi yang sangat luas
yaitu pada sejarah nasional dimulai dari perkembangan prasejarah, jaman
Hindu-Budha, masa kejayaan Islam, masuknya kekuatan asing, perlawanan terhadap
dominasi asing, pergerakan nasional, masa pendudukan Jepang, upaya mengisi
kemerdekaan, masa demokrasi terpimpin, Orde baru dan ditambah dengan masa
reformasi (Sejarah kelas 1 dan 2, Erlangga. 1994). Sedangkan untuk substansi
sejarah dunia meliputi perkembangan peradaban dunia masa prasejarah di Asia dan
Eropa, perkembangan peradaban timur tengah, Amerika dan Afrika,
peristiwa-peristiwa di Eropa abad 17-19, perkembangan faham-faham baru di
Eropa, perkembangan tata hubungan dunia setelah perang dunia II dan
perkembangan dan penerapan IPTEK serta
masalah lingkungan hidup (Sejarah kelas 3 Yudistira. 2000) Kurikulum pendidikan nasional senantiasa harus
sejalan dengan tujuan pengajaran nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
(Pembukaan UUD 1945 alenia 4)
Sangat
luasnya materi pelajaran sejarah membuat pembagian substansi sejarah harus
benar-benar ditinjau secara proposional karena data dan fakta sudah terjadi
ratusan tahun bahkan ribuan tahun (Hariyono, 2001). Kurikulum 1994 memberikan landasan yang kuat
tentang kronologis sebuah cerita sejarah. Ruang dan waktu dalam pembelajaran
sejarah memungkinkan siswa untuk verstehen
dan erleben (menyelami dan
mendalami. Kartodirdjo, 1993). Konsep pembelajaran sejarah yang tertuang dalam
kurikulum 1994 secara implisit mengisyaratkan kepada guru bidang studi sejarah
agar lebih aktif dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran, hal ini disebabkan
karena luasnya materi dan sedikitnya jumlah jam mengajar kira-kira 2 jam/minggu
dan harus terselesaikan dalam tempo satu semester.
7
Berdasarkan sebaran materi
kurikulum 1994 pada pelajaran sejarah, maka kondisi obyektif pengajaran sejarah
di kelas lebih banyak pada ceramah bervariasi, mengapa? Karena siswa kurang
menyadari pentingnya buku pegangan untuk menunjang proses analisis peristiwa
masa lampau. Guru sebagai center teach semestinya siswa sebagai pusat
pembelajaran. Dalam hal ini pendekatan pembelajaran mutlak diperlukan guru
untuk kreatif dalam penyampaian materi lebih mendalam, berikut adalah intisari
dari pendekatan pembelajaran kontekstual
B. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Menciptakan masyarakat belajar bukanlah hal yang
mudah apalagi jika ini dikaitkan dengan hasil pembelajaran di sekolah. Siswa
bukan sebagai obyek dari transfer ilmu melainkan sebagai subyek yang harus
menggali, mendapatkan serta menguraikan ilmu. Siswa dituntut mandiri dalam
memecahkan masalah, menganalisis lingkungan, melakukan adaptasi sosial dan
menjembatani setiap permasalahan dalam kehidupan. Proses pembelajaran akan
lebih bermakna apabila siswa sendiri yang menemukan jawaban atas permasalahan
ilmu. Komunikasi verbal, hafalan, daya ingat mungkin membantu dalam kehidupan
nantinya tetapi tanpa dibekali, skill, ability dan inquiry dalam memecahkan
masalah mustahil hidupnya akan bermakna.
Contexual
Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan proses belajar mengajar dalam
rangka mencari produktifitas pembelajaran. Standarisasi kurikulum sebagai acuan
atau rambu-rambu pembelajaran harus dukembangkan dengan strategi belajar yang
baik artinya CTL senantiasa berkembang mengikuti trend sistem pendidikan. Pendekatan
CTL adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki tujuh (7) komponen yaitu : (1)
Constructivism, (2) Questioning, (3) Inquiry (4) Learning Community (5)
Modelling (6) Reflection) dan Authentic Assessment (Kasbollah, 2002).
8
Pendekatan
di atas adalah landasan membangun kerangka berfikir, dimulai dari fakta, data
dan konsep. Siswa harus mampu mengkonstruk pikirannya melalui pengalaman ilmu
dan pengamatan sosial terutama kegiatan pemecahan masalah. Siswa harus dapat
menemukan jawaban dari setiap permasalahan dengan kreatif, inovatif membangun
dirinya agar berguna bagi orang lain disekitarnya, seperangkat fakta, data dan
konsep dirangkai menjadi kesatuan yang memiliki makna.
Siswa
akan menjadi inovatif dengan ketrampilan ingin selalu mengetahui hal-hal yang
tersamar. Guru senantiasa membimbing, mendorong serta membuat penilaian
pola-pola pikir siswa, bagaimana siswa menggali informasi, apakah yang telah
mereka ketahui dan yang belum diketahui. Ketrampilan dalam menemukan pengetahuan harus melibatkan orang lain
terutama kerjasama di kelas.
Kerjasama
di kelas dalam proses pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi afektif
dan psikomorik karena saling berkomunikasi, memperoleh informasi dan memberikan
alternatif pemecahan masalah sehingga proses belajar dan pembelajaran tercapai
dengan maksimal serta mengoptimalkan hasil yang diperoleh dengan merespon semua
hal yang diketahui kemudian dikaryakan dalam bentuk hasil baik catatan, jurnal
maupun pendapat sehingga bentuk penilaian terhadap siswa lebih akurat.
C. Visualisasi dalam Proses Belajar dan Pembelajaran Sejarah
Visual dalam seni rupa berarti penglihatan (Art
and Design, 1995). Pandangan juga dapat berarti melihat, Visualisasi adalah
upaya untuk mendeskripsikan bias menjadi nyata (Kuncoro, 2001) menerjemahkan
keadaan semu menjadi suatu bentuk yang real, nyata dan dapat dirasakan. Penulis
mencoba menterjemahkan visualisasi dalam proses belajar dan pembelajaran
sejarah mengandung pengertian sebagai bentuk cerita bergambar yang
dimanifestasikan pada sebuah alur cerita dalam bentuk rangkaian gambar bermakna
serta kronologis.
9
Fakta
dan data sejarah didapatkan dari berbagai nara sumber baik primer yaitu saksi
hidup sejaman serta buku utama yang dapat dijadikan proyeksi sejarah
(Kartodirdjo, 1993). Sepengetahuan kita mulai dari tingkat dasar (SD) sampai
tingkat atas (SMA) pelajaran sejaraha jarang menampilkan visualisasi yang
kronologis padahal yang utama dari pembelajaran sejarah adalah menampilkan
seakurat mungkin data dan fakta.
Siswa
harus dapat menghadirkan dokumentasi fakta dan data secara jelas, obyektif dan
kronologis sehingga daya kritis terhadap permasalahan masa lampau menjadi lebih
akurat. Gooschalk (1985) dalam bukunya Understanding
History : a primer of historical method mengatakan bahwa sejarah bukanlah
imajinasi tetapi hasil dari kreasi bangunan fakta yang disusun berdasarkan alur
peristiwa dan dikembangkan oleh sejarawan dalam berbagai bentuk diantaranya
adalah cerita bergambar.
Historiografi
dalam pembelajaran sejarah terbentuk dari heuristik lapangan, sehingga proses
belajar dan pembelajaran sejarah pengkajian masa lampau harus dilengkapi dengan
alat-alat nalitis, konseptual dan teoritis (Burke, 1980). Alangkah menyenangkan
apabila dalam proses belajar di kelas siswa dibekali dengan teori dan fakta
lapangan, jika kita menceritakan tentang perang dunia II, maka semestinya guru
dapat menghadirkan gambar jalannya perang, tokoh yang terlibat dan visualisasi
lainnya yang mendukung pembelajaran tersebut. Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang jurusan pendidikan Sejarah memiliki laboratorium sejarah masa
purba. Dalam kaitannya dengan pembelajaran kebudayaan masa lampau adalah
bagaimana mengenal kondisi masa masyarakat prasejarah secara konstruk dan nyata
(Katalog FPIPS, 1995). Guru sejarah dalam memvisualisasikan materi pelajaran
senantiasa harus memiliki imajinasi sejarah yang dapat membuat siswa memasuki
masa tersebut. Walaupun demikian unsur-unsur subyektif akan selalu ada dalam membuatan visualisasi, guru dapat
membuat deskripsi atau gambaran tentang apa yang akan dibuatnnya
10
D. Konsep ”To Know How to Know” pada
Pelajaran Sejarah
Ilmu
sejarah seperti ilmu-ilmu lainnya mempunyai unsur yang merupakan alat untuk
mengorganisasi seluruh tubuh pengetahuannya serta merekontruksi pikiran yaitu
metode sejarah (Kartodirdjo, 1993). Konsep How
to know pada sejarah sebenarnya berkaitan dengan bagaimana orang memperoleh
pengetahuan tentang sejarah, tetapi pada konsep to know how to know berkaitan dengan cara mengetahui bagaimana
harus mengetahui, jadi kita mengetahui sejarah tetapi bagaimana sejarah dapat
kita ketahui. Contoh dalam mempelajari proklamasi 17 Agustus 1945 kita
mengetahui tanggal, bulan dfan tahun
tersebut adalah hari kemerdekaan RI, tetapi kita juga harus mengetahu,
memahami serta menganalisis, mengapa tanggal 17 Agustus dijadikan hari
kemerdekaan.
Konsep To Know How to Know pada pembelajaran
sejarah akan lebih mampu melalukan eksplanasi daripada membatasi diri pada
pengungkapan bagaimana sesuatu terjadi sebagai narasi fiktif (Kuntowijoyo,
1994). Suatu peristiwa harus dapat digambarkan secara lebih mendalam mengenai
bagaimana terjadinya, latar belakang apa yang melandasi lahirnya peristiwa
tersebut. Perkembangan ilmu sejarah di Indonesia dipengaruhi oleh nation
building yang menuntut rekontruksi sejarah secara nasional dimana akan
mewujudkan kristalisasi bangsa atau Indonesia-sentris (Kuntowijoyo, 1994).
Berfikir mengenai masa lalu secara
obyektif tampaknya banyak diabaikan oleh orang karana mereka tidak mampu untuk
menerima segala sesuatu begitu saja (taken
for granted) sehingga unsur-unsur subyektifitas menyertai dalam setiap
historiografi.Dalam menghadapi fenomena histories yang kompleks, setiap
penggambaran sejarah diperlukan pendekatan yang memungkinkan penyaring data
dengan seleksi terhadap konsep, fakta dan kondisi obyektif saat ini, peta
peristiwa digunakan sebagai analitis pembelajaran sejarah yang kemudian
digambarkan dalam model pembelajaran sejarah secara terpadu (Panyarikan, 1998).
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena
pendekatan ini berupaya mengkaji lebih mendalam tentang penggunaan model PaSA
(Picture and Student Active) On Board
Stories and Pictures Stories dalam rangka peningkatan ranah kognitif dan
afektif siswa pada proses belajar memahami masyarakat prasejarah Indonesia.
Pendekatan ini sesuai dengan penelitian tindakan kelas karena memenuhi kriteria
penelitian kualitatif karena Moleong
(1994) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif menyebutkan sebagai
berikut: (1) peneliti sebagai instrument utama yaitu peneliti sebagai pengumpul
data dan menganalisis data dimana peneliti terlibat langsung dalam penelitian
(2) peneliti akan menyelidiki dan memaparkan data apa adanya di lapangan (3)
hasil penelitian bersifat deskriptif karena data-data yang terkumpul hanya
berupa kata-kata atau kalimat, bukan angka-angka
PTK atau Classroom Action Research
adalah penelitian berbasis kelas atau sekolah, dimana dalam PTK terdapat
tindakan untuk perbaikan kegiatan pembelajaran maupun peningkatan mutu
pembelajaran di kelas (Kasbollah, 1999). Intinya dari penelitan tindakan adalah adanya tindakan dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan praktis pengajaran. Penetian tindakan kelas bermuara
pada persoalan-persoalan yang dihadapi guru di kelas (Susilo, Herawati.2003)
Dalam penelitian ini masalah yang terjadi adalah kurang minatnya siswa pada
pelajaran sejarah, mereka jenuh karena guru hanya bercerita, mencatat konsep,
menghafal fakta sehingga pemahaman sejarah kurang berarti yang ditandai dengan
penurunan kualitas hasil belajar siswa. Kondisi ini diperlukan pemecahan,
sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
pembelajaran dalam memahami konsep sejarah khususnya masyarakat prasejarah
Indonesia.
12
PTK ini dilakukan oleh guru bidang studi yang
merangkap sebagai penelitidibantu oleh guru lain pada rumpun yang sama serta
pengamatdari guru lain.Tindakan dibatasi pada model dan teknik dalam proses
pembelajaran melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan
model PaSA (Picture and Student Active).
On Board Stories and Pictures Stories
Sejalan dengan pendekatan
kualitatif, peneliti mencoba mengembangkan 5 komponen konsep pembelajaran
melalui model PaSA On Board Stories and
Pictures Stories yaitu : (1) Seeing (2) Describing (3) Learning (4)
Analyzing dan (5) Knowing. Kelima komponen tersebut bermuara pada Know How to Know yaitu selama proses pembelajaran siswa
arahakan untuk selalu menahami, kritis untuk mengetahui serta berpartisipasi
aktif.
Desain
penelitian menggunakan model Kemmis dan M.C Taggart (1989) yaitu (a) perencanaan (b) tindakan (c)
observasi dan (d) refleksi.
B. Kehadiran Peneliti
Berdasarkan pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti sangat diperlukan karena peneliti
bertindak sebagai desainer tindakan, observer, explainer dan pengumpul data.
Peneliti membuat desainer pembelajaran selama berlangsung penelitian. Moleong
(1994) juga mengutarakan bahwa kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai desainer, pelaksana,
pengumpul data, analisis, penafsir dan pelapor hasil penelitian.
Pada pelaksanaan penelitian
tindakan kelas, para observer dari satu rumpun dan guru lain dilibatkan untuk
memberikan masukan hasil penelitian sehingga dapat memperbaiki proses
pembelajaran.
13
C. Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di kelas XII IPS 6 SMA PL St. Yohanes semester I tahun pelajaran 2012/2013. Peneliti
bertugas sebagai guru pengajar di kelas tersebut. Penelitian berlangsung 3
bulan (Agustus-Oktober 2012)
D. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi : (1) lembar kerja siswa, gambar peta persebaran manusia dan
kebudayaan masyarakat prasejarah (2) LKS cerita gambar yang tersusun dari hasil
analisis kelompok dan individu dalam berbagai versi (3) hasil pengamatan proses
belajar mengajar, diskusi kelompok, presentasi lisan dan diskusi kelas.(5) catatan
lapangan (6) dokumentasi. Sumber data adalah siswa kelas XII IPS 6 SMA
PL St. Yohanes tahun pelajaran 2012/2013
dengan jumlah siswa 38 siswa.
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini meliputi :
1. Instrumen Pengumpulan Data
A. Alat Pengumpulan Data
Alat
pengumpulan data berupa :
1. Tes
Tes adalah alat penilaian dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada seseorang dengan jawaban tertentu
baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun perbuatan (tindakan). Tes sebagai alat
ukur hasil belajar di sekolah utamanya berkaitan dengan sejauhmana siswa telah
menguasai materi sesuai dengan harapan yang diinginkan. Tes di kelas bagi siswa
berhubungan erat dengan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Instrumen tes
pada penelitian ini disusun dalam 2 siklus berupa ulangan harian yang
masing-masing siklus berjumlah 20 soal obtektif.
14
2. Post Tes
Post tes pada penelitian ini adalah
pertanyaan-pertanyaan quiz yang harus dijawab spontan oleh siswa. Siswa harus
menjawab dengan kecepatan daya kognitifnya. Nilai post tes ini diharapkan dapat
memotivasi siswa dalam proses pembelajaran, sekaligus sebagai standar nilai untuk menentukan nilai hasil belajar.
3. Lembar Penilaian Proses Belajar
Lembar
penilaian proses belajar dipergunakan untuk menilai siswa dalam ulangan harian,
quiz, tugas, proses diskusi kelompok,
diskusi kelas, dan presentasi lisan. Lembar penilaian ini berupa format-format
penilaian proses belajar mengajar.
B. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengamatan
dilakukan untuk melihat langsung aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
Observasi memungkinkan untuk mengetahui kesesuaian antara harapan dan kenyataan
dari penelitian tindakan kelas. Observasi dilaksanakan secara komprehensif
dalam kelas.
Pengamatan
dilakukan oleh teman serumpun dan guru lain dengan berpedoman pada format
pengamatan menyeluruh (lihat lampiran).
Aspek-aspek dalam pengamatan meliputi: perilaku siswa waktu belajar,
kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam presentasi dan diskusi.
Sehingga dapat diketahui secara jelas bagaimana aktifitas siswa selama proses
pembelajaran.
2. Catatan lapangan
Catatan
lapangan dalam pembelajaran bertujuan untuk memperoleh data yang akurat dan
obyektif apa adanya, sehingga hal-hal yang tidak terekam dalam observasi dapat
dilakukan dengan catatan lapangan sebagai bahan pertimbangan perbaikan dan
follow up tindakan selanjutnya.
15
3. Tahap-tahap Penelitian
Sebelum
penelitian ini dilakukan dlaksanakan pertemuan dengan rumpun.
- Menentukan kelas yang akan digunakan untuk penelitian
- Menentukan dan menyusun rencana pembelajaran
- Menentukan topik pembelajaran yang sesuai dengan metode Picture and Student Active serta untuk lebih fokus lagi menentukan kelas mana yang akan dijadikan obyek penelitian.
- Menyusun visualisasi materi dengan proyeksi gambar-gambar apa saja yang relevan dengan tujuan pembelajaran ranah kognitif, dan afektif.
a. Perencanaan siklus I
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Agustus minggu ke-3 tahun 2012
Tahap perencanaan meliputi :
- Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) sejarah
- Kelas yang dipergunakan untuk penelitian adalah kelas XII IPS 6 SMA PL St. Yohanes dengan jumlah 38 siswa
- Pokok bahasan adalah Masyarakat Prasejarah Indonesia dengan sub pokok bahasan jaman Paleolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, Megalithikum, jaman Besi dan Perunggu serta persebaran manusia purba Indonesia.
Model PaSA adalah
mengoptimalkan peran siswa sebagai individu dalam kelompok diskusi lewat media
gambar atau visual.
Kegiatannya adalah sebagai
berikut :
- XII IPS 6 dibagi ke dalam 6 kelompok heterogen (setiap kelompok 7-8 siswa) Sub pokok bahasan adalah persebaran kebudayaan masa prasejarah (jaman batu ) di Indonesia. Kelompok 1 : Paleolithikum, Kelompok 2: Mesolithikum, Kelompok 3 : Neolithikum, Kelompok 4 : Megalithikum, kelompok 5 jaman Basi dan Perunggu serta kelompok 6 Penemuan manusia purba Indonesia di pulau Jawa.
16
- Setiap kelompok mendeskripsikan gambar peta berdasarkan referensi buku, Atlas Kemudian membuat deskripsi utuh mengenai sub pokok bahasan tersebut.
- Pada saat pembelajaran, masing-masing anggota kelompok saling mempelajari l (satu) gambar peta dan menunjukan hasil-hasil persebaran budaya dengan menempelkan tanda-tanda tertentu di peta.
- Tanda tanda tersebut diperjelas pada saat presentasi di depan kelas.
- Peneliti memandu jalannya diskusi sementara siswa lain dapat mengajukan pertanyaan, atau mengomentari kelompok presentasi dengan membuat rekaan interpretasi permasalahan melalui analisisnya.
Pada tahap evaluasi meliputi :
a.
Mengevaluasi
kognitif siswa dengan cara memberikan post test dalam bentuk pertanyaan quiz.
b.
Mengumpulkan
gambar-gambar peta sebagai alat evaluasi dalam mengukur sejauhmana peningkatan
ranah kognitif siswa.
c.
Pada
saat pembelajaran ini guru menggunakan penilaian individual dan kelompok yang
mengacu pada ranah afektif serta ranah kognitif. (Penilaian lihat lampiran)
d.
Semua
kegiatan PTK di kelas XII IPS 6 baik observasi, analisis serta evaluasi direkam
oleh peneliti sebagai follow up untuk mendapatkan gambaran hasil tindakan dan
juga sebagai bahan releksi siklus 1
Hasil refleksi siklus 1
digunakan untuk membuat perencanaan siklus 2,
b. Perencanaan pada siklus 2
Penelitian dilaksanakan pada bulan
September minggu ke 3 tahun 2013
Tahap perencanaan meliputi :
- Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) sejarah
- Kelas yang dipergunakan untuk penelitian adalah kelas XII IPS 6 (38 siswa)
17
- Pokok bahasan adalah Tradisi Prasejarah Masyarakat Indonesia dengan kegiatan sebagai berikut :
1
Kelas
XII IPS 6 dibagi ke dalam
kelompok yang lebih kecil namun tetap heterogen (setiap kelompok berjumlah 4-5
siswa) Sub pokok bahasan adalah Tradisi Prasejarah
masyarakat Indonesia meliputi hasil budaya dari jaman peleolithikum sampai
dengan jaman logam.
2
Setiap
kelompok mendeskripsikan suatu cerita bergambar Tradisi Prasejarah masyarakat
Indonesia meliputi hasil budaya dari jaman peleolithikum sampai dengan jaman
logam.
3
Kemudian
membuat deskripsi utuh mengenai cerita bergambar tersebut.
4
Pada
saat pembelajaran, masing-masing anggota kelompok saling mempelajari satu
gambar dan membuat kesimpulan dari cerita tersebut kemudian mendiskusikan
hasilnya
5
Setelah mendeskripsikan alur cerita kemudian mempresentasi di depan kelas.
6
Peneliti
memandu jalannya diskusi sementara siswa lain dapat mengajukan pertanyaan, atau
mengomentari kelompok presentasi dengan membuat rekaan interpretasi
permasalahan melalui analisisnya.
Pada tahap evaluasi meliputi :
a.
Mengevaluasi
kognitif siswa dengan cara memberikan post test dalam bentuk pertanyaan quiz
b.
Mencari
kata-kata kunci historis, aspek kemanusian dan pengalaman hidup dalam cerita
bergambar tersebut sebagai alat evaluasi
dalam mengukur sejauhmana peningkatan ranah afektif siswa.
c.
Pada
saat pembelajaran ini guru menggunakan penilaian individual dan kelompok yang
mengacu pada ranah afektif serta ranah kognitif.
d.
Semua
kegiatan PTK di kelas XII IPS direkam oleh peneliti sebagai follow up untuk mendapatkan gambaran hasil
tindakan dan releksi.
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tahap Pendahuluan
Sebelum
penelitian ini dilaksanakan, pada tanggal 5 dan 6 April peneliti bersama bapak
dan ibu guru dalam satu rumpun melakukan
pertemuan awal. Pertemuan ini dihadiri oleh anggota rumpun yang terdiri atas
Bapak Teguh, Ibu Gunarti dan Ibu wiwik dengan hasil adalah
(a). pertengahan
bulan Agustus 2012 melakukan persiapan
dan pembuatan proposal penelitian tindakan kelas yang berlangsung kurang lebih
3 minggu
(b). Kelas yang akan digunakan untuk penelitian adalah
kelas XII IPS 6 SMA PL St. Yohanes dengan jumlah 38 siswa
(c). menentukan dan menyusun rencana pembelajaran
yang disesuaikan dengan perjalanan materi semester 2, peneliti telah sampai
pada materi masyarakat pra sejarah Indonesia
(d). Masyarakat pra sejarah Indonesia
adalah topik pembelajaran yang paling sesuai dengan metode Picture and Student Active karena lebih fokus pada visualisasi
gambar-gambar
(e). menyusun visualisasi materi dengan proyeksi
gambar-gambar apa saja yang relevan dengan tujuan pembelajaran ranah kognitif,
dan afektif.
Walaupun penelitian tindakan kelas bersifat individual namun kerjasama
rumpun sangat diperlukan mengingat penelitian ini tidak dapat berjalan dengan
baik tanpa adanya dukungan dan kerjasama dengan anggota rumpun. Peneliti
bersama rumpun melakukan penelaahan
materi gambar dalam rangka Picture and Student Active, harapannya adalah agar
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
maksimal.
19
Persiapan media dan sumber belajar
juga dilakukan untuk membatasi ruang lingkup penelitian, misalnya buku paket, atlas,
visualisasi gambar dan lain-lain. Mengingat dalam penelitian tindakan kelas
terdapat observer (pengamat) maka dibuat juga format observasi untuk memudahkan
pengamat melakukan penilaian dan refleksi perbaikan di siklus berikutnya.
2. Paparan Data Tindakan
A. Siklus I (On Board Stories)
Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas pada siklus I (On Board Stories) dilaksanakan
pada tanggal 30 Agustus 2012, di kelas XII IPS 6 dengan observer Ibu Magdalena
Among Materi pelajaran yang disampaikan adalah perkembangan masyarakat
prasejarah Indonesia.
Pelaksanaan Tindakan
Paparan data tindakan kegiatan
pembelajaran pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus I adalah :
- Membuka pelajaran dengan salam, kemudian menjelaskan secara singkat kompetensi dasar yang akan dibahas sementara siswa menyimak penjelasan guru
- Menjelaskan secara singkat perkembangan kehidupan manusia purba, dimulai dari manusia purba Asia, Afrika, Eropa dan Amerika , menghubungkan teori evolusi dengan manusia purba Indonesia, sementara siswa mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting.
- Guru meminta siswa untuk membuat kelompok dengan jumlah maksimal 8 siswa, dalam hal ini dibentuk kelompok heterogen.
- Siswa mempersiapkan alat tulis seperti, buku referensi, atlas, spidol warna, kertas warna, gunting, lem dan lain-lain.
20
- Setiap siswa diberikan satu lembar kerja (LKS) dan satu format kerja kelompok dengan mendapatkan tugas yang berbeda.
- Setiap kelompok menggambar satu peta Indonesia di kertas karton kemudian mengguntingkan lambang tertentu dengan kertas warna kemudian ditempel di daerah atau tempat penemuan budaya prasejarah dengan diberikan penjelasan.
- Guru mengawasi jalannya kerja kelompok, memonitor setiap pekerjaaan siswa dan memberikan petunjuk apabila ada permasalahan yang ditanyakan siswa
- Pada saat presentasi di depan kelas, setiap kelompok diwajibkan maju dengan dua perwakilan siswa untuk memaparkan data temuannya dengan menempelkan karton peta Indonesia di papan tulis.
- Perwakilan kelompok kemudian menjelaskan hasil temuannya dengan menempelkan simbol berwarna dalam bentuk segitiga, persegi panjang, lingkaran dan lain-lain untuk menunjukan titik-titik penemuan kebudayaan.
- Diskusi dimulai dari kelompok satu yang membahas peta penemuan manusia purba di Jawa seperti Pithecan thropus Erectus, Meganthropus Paleojavanicus, Homo Wajakensis, Homo Soloensis dengan menunjukan tempat penemuan manusia purba seperti di Sangiran Solo, Trinil Ngawi, Pacitan dan Mojokerto.
- kelompok dua menjelaskan peta penemuan kebudayaan jaman paleolithikum di Indonesia seperti kapak genggam, perimbas, Abris Sousch Roche, Kjokkenmoddinger, dan Flakes
- kelompok tiga mendeskripsikan sistem berburu dan meramu masa mesolithikum, penemuan budaya kapak persegi dan kapak lonjong
- kelompok empat menjelaskan kehidupan sosial masyarakat jaman neolithikum seperti peralihan dari food gathering ke food producing, kehidupan semi sedenter kepada permanen
- kelompok lima mendeskripkan temuan benda budaya megalihikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu dan punden berundak
- kelompok enam membahas cara kerja jaman logam, teknik a cire perdue dan bivalve, penemuan kapak corong, nekara dan bejana perunggu.
21
- Guru berperan sebagai moderator yang mengarahkankan jalannya diskusi sekaligus sebagai jembatan penghubung permasalahan, menilai aspek afektif setiap individu dalam rangka kerjasama siswa antar dan dalam kelompok
- Presentasi hasil kegiatan diskusi kelas berlangsung dalam rangka saling memberikan infomasi kepada kelompok lain, dengan umpan balik dan tanya jawab antar siswa kegiatan pembelajaran menjadi semakin hidup.
- Setiap siswa diperkenankan untuk bertanya, menyanggah, memberikan masukan, memecahkan masalah kepada kelompok presentasi.
- Akhir diskusi setiap kelompok memberikan kesimpulan akhir yang dibantu oleh guru.
- Guru memberikan test berupa pertanyaan quiz untuk mengukur tingkat kemampuan memahami materi (lihat lampiran)
Observasi dan Evaluasi
Pada penelitian tindakan kelas
ini, peneliti dibantu oleh seorang observer yaitu Ibu Magdalena Among. Tujuan
observer pada penelitian ini antara lain :
1. mengamati rangkaian kegiatan pembelajaran
dari awal sampai akhir
2. memberikan masukan tertulis dan lisan
berkaitan dengan penelitian
3. menganalisis setiap siswa untuk merekam
sejauhmana model pembelajaran yang
dipakai mempengaruhi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
4. memberikan catatan-catatan penting kepada
peneliti tentang siswa di kelas.
5. membantu peneliti untuk menyempurnakan
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut.
Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas di kelas XII IPS 6 SMA PL St. Yohanes dicatat, direkam dan diamati sepenuhnya oleh Ibu
Among sebagai Observer (lihat format observasi). Namun tentunya pada siklus I
ini jalannya penelitian belum sampai pada tujuan yang diinginkan karena
kesempurnaan belum mencapai hasil.
22
Evaluasi pertanyaan quiz boleh
dibilang telah mewakili dari keseluruhan substansi, namun pertanyaan obyektif
juga diperlukan untuk mencari tingkat kognitif secara utuh. Picture and Studen
Active merupakan pengembangan inovasi pembelajaran khususnya pelajaran sejarah
yang dianggap sebagai pelajaran hafalan. Dengan model PaSA siswa menjadi lebih
antusias dalam pembelajaran.
Dari hasil observasi dan evaluasi
bahwa pembelajaran model PaSA sudah baik dan menarik namun pada proses
pembelajarannya masih diketemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan
dengan penelitian tindakan kelas yaitu :
- pembagian kelompok terlalu besar sehingga beberapa siswa cenderung kurang memperhatikan proses identifikasi dan presentasi kelompok
- penempatan gambar pada lokasi kebudayaan belum mendapatkan proses gambaran persebaran kebudayaan misalnya dengan panah-panah
- Model dan metode pembelajaran sudah sesuai dengan materi pelajaran yaitu persebaran kebudayaan prasejarah, tetapi untuk manusia purba kurang begitu sesuai. Untuk materi manusia purba difokuskan pada ciri-ciri fisik dengan disertai gambar manusia purba
- sistem presentasi yang dilakukan oleh tiap kelompok lebih difokuskan pada satu sub pokok bahasan, walaupun tiap kelompok diberikan materi yang berbeda-beda.
- pembahasan lebih didominasi oleh satu atau dua orang sedangkan anggota lain hanya mengikuti saja.
- pembuatan peta Indonesia lebih baik dipergunakan skala supaya lebih akurat posisi persebaran kebudayaan pra sejarah.
- Banyak siswa yang pasip karena pembagian lembar kerja tidak efektif
- siswa kurang dalam mengajukan pertanyaan atau pendapat pada prentasi yang telah dilakukan kelompok lain.
Semua kegiatan penelitian
tindakan kelas di kelas XII IPS 6 baik observasi, analisis, catatan dan evaluasi direkam oleh peneliti
beserta observer sebagai follow up untuk mendapatkan gambaran hasil tindakan
dan juga sebagai bahan releksi.
23
Refleksi
Dari paparan deskripsi penelitian
tindakan kelas siklus I, maka dalam pada refleksi diupayakan perbaikan untuk
siklus 2 penelitian tindakan kelas yaitu :
- minimalisasi jumlah anggota kelompok antara 4-5 siswa
- diberikan ciri fakta gambar, dibuatkan alur cerita bergambar
- untuk masyarakat pra sejarah khususnya manusia purba sebaiknya siswa diberikan gambar visual seperti bentuk Pithecanthropus, Meganthropus dan Homo
- supaya pembahasan diskusi melibatkan seluruh siswa dalam kelompok itu
- peta Indonesia diperjelas dengan keterangan sumber
- lembar kerja siswa disiapkan lebih rinci lagi
- peneliti supaya lebih antusias memberikan dorongan dan semangat siswa untuk bertanya, menjawab dan memberikan komentar dalam diskusi kelas
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan
model pembelajaran Pictures and Student Active dengan tujuan mendapatkan strategi
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Penelitian
ini dilaksanakan di kelas XII IPS 6 dengan jumlah siswa 38 SMA PL St.
Yohanes dengan 2 siklus penelitian. Siklus
1 model Picture On Board dan siklus 2 model Stories Board.
Pada siklus 1 Picture On Board, kelas dibagi 6 kelompok dengan jumlah 7-8 siswa,
membahas tentang masyarakat prasejarah Indonesia, dimana setiap kelompok
mengidentifikasi peta penemuan manusia purba serta hasil-hasil kebudayaan jaman
paleolithikum, mesolithikum, neolithikum, megalithikum dan jaman besi dengan
menempelkan simbol berwarna pada kertas karton di papan tulis yang dilanjutkan
dengan diskusi kelas. Siklus 2 Picture
stories kelas di bagi kedalam
kelompok kecil untuk membahas gambar-gambar masa prasejarah Indonesia,
kemudian siswa secara bebas mengintepretasikan gambar-gambar disusun secara
kronolagis waktu.
Evaluasi dilakukan setiap siklus
dengan ulangan harian, tugas terstrukur, hasil diskusi kelas serta pertanyaan quiz singkat, tujuannya adalah
untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar dengan model Pictures and Student
Active (PaSA) Picture On Board maupun Picture stories mempengaruhi kualitas
belajar siswa.
Hasil evaluasi menunjukan peningkatan hasil pembelajaran sejarah di
kelas XII IPS 6 yaitu evaluasi pada
siklus 1 kelas XII IPS 6 SMA PL St. Yohanes yang berjumlah 38 siswa yang tuntas
belajar adalah 36 siswa ( 81.81 % )
sedangkan yang tidak tuntas 8
siswa ( 18.18 % ) sedangkan evaluasi pada siklus 2 tuntas 100%. Berarti melalui
pendekatan CTL dengan model PaSA (Pictures and Student Active) meningkatkan
hasil belajar ranah kognitif dan afektif
25
B. Saran-saran
Dalam
rangka lebih meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Laboratorium UM maka,
peneliti mengharapkan :
- adanya sumber pembelajaran yang memadai seperti perangkat lunak dan keras audio visual untuk pembelajaran sejarah.
- sarana dan prasarana pendukung di kelas seperti gambar-gambar kesejarahan dan, baik peta nasional maupun dunia
- sumber sejarah berupa laboratorium IPS untuk memperdalam siswa mengembangka kemampuan
- kerjasama dengan instansi yang terkait seperti museum, perpustakaan umum, perpustakaan UM dan balai-balai konservasi purbakala.
- kerjasama dengan rumpun bidang studi lain untuk bertukar pikiran tentang pengembangan model pembelajaran inovatif.
26
DAFTAR PUSTAKA
----------.1988.Garis-garis Besar Haluan Negara. Jakarta:Sekretaris Negara
Hariyono.1998.Memahami
Sejarah dalam Pembelajaran. Malang : IKIP MALANG
Kemmis,S&MC Taggart
R.1988. The Action Research Planner.
Victoria : Deakin University
Press
Kartodirdjo.S.1993. Pendekatan
Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT.Gramedia
Kasbollah, Kasihani.1999. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Sains.
Malang : RUT VI LIPI.
Moleong, L,J.1994. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Notosusanto, N. 1985. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Suryabrata, S.1992. Metodologi Penelitian. Jakarta : CV
Rajawali
29